-->

Benarkah Baret Ungu Marinir Terinspirasi dari Nyi Roro Kidul?

Mengapa baret Marinir berwarna ungu? Pertanyaan itu mungkin saya menyeruak di hati para pembaca. Menurut buku Korps Komando AL seperti yang dilansir Historia.id pada Sabtu 14 Oktober 2017, sejarah dipilihnya baret ungu oleh Marinir coba dipaparkan.

Ternyata dipilihnya warna ungu karena pertimbangan dua hal. Pertama warna ungu merupakan salah satu warna pada selendang Nyai Roro Kidul. Sosok tersebut dalam mitologi masyarakat Jawa adalah penguasa di Laut Selatan Indonesia.

Alhasil dengan dipilihnya warna ungu yang merupakan warna selendang milik Sang Ratu Pantai Selatan, diharapkan bisa ampuh dalam memberikan pengamanan dan perlindungan NKRI di wilayah perairan.


Kemudian alasan kedua warna ungu diilhami dari warna bunga Bougenville, yang gugur sebelum layu. Ini adalah lambang pengabdian prajurit Korps Marinir dalam memelihara dan mempertahankan kedaulatan wilayah laut NKRI.

Warna ungu rupanya telah dipakai pertama kali oleh KM (ketika masih bernama KKo AL), yang berwujud pita kode pengaman pada 1958. Saat itu itu pasukan KM dilibatkan dalam Operasi 17 Agustus.

Operasi tersebut merupakan suatu aksi militer guna menumpas pembangkangan Pemerintah Revolusiener Republik Indonesia di wilayah Sumatera Barat. Selanjutnya pada 1961, KM menggunakan warna ungu pada baretnya saat Batalyon I KKo AL dilibatkan dalam Operasi di Aceh.






STEVEN masih ingat kejadian pagi itu. Kala rusuh melanda Jakarta pada 14 Mei 1998, ia terjebak di tengah massa yang sedang ganas di area Jalan Hayam Wuruk. Saat pria Tionghoa tersebut dilanda kebingungan, tetiba sekelompok orang mengepungnya kemudian melontarinya dengan sekian banyak  pukulan.

“Untunglah dalam situasi kritis itu, dua tentara berbaret ungu menembakan senjatanya ke udara sampai membuat massa kabur. Mereka lalu menyelamatkan saya…” kenang saudagar berusia 45 tahun tersebut.

Dua tentara berbaret ungu tersebut tak lain ialah anggota Korps Marinir (KM), di antara kesatuan elite TNI AL. Lahir dari rahim revolusi Indonesia pada 15 November 1945, KM dalam perkembangannya tidak jarang kali terlibat dalam sekian banyak  operasi tempur dan operasi kemanusiaan yang diselenggarakan oleh TNI AL.

“Seperti kesatuan elite lain, sejarah kami ialah suatu sejarah mengenai pengabdian tanpa batas guna negara ini…” ujar Krisna Rubowo, pensiunan marinir berpangkat kolonel.

Namun tahukah anda, kenapa salah satu kesatuan elite tertua di Indonesia tersebut memilih ungu sebagai warna baretnya?

Menurut kitab Korps Komando AL dari Tahun ke Tahun, dipilihnya warna ungu sebab dua hal. Pertama, ungu ialah salah satu warna selendang Nyai Roro Kidul, yang dalam mitologi Jawa adalahpenguasa samudera Indonesia. Selendang ungu kepunyaan Sang Ratu Pantai Selatan itu diandalkan  sangat ampuh dalam menyerahkan perlindungan dan pengamanan (Baca: Siapa Sebenarnya Nyai Roro Kidul).

Kedua, ungu baret KM pun diilhami dari warna bunga Bougenville yang sudah gugur sebelum layu. “Ini pun melambangkan pengabdian seorang prajurit Korps Marinir dalam menjaga dan merawat keutuhan negara,” tulis karya yang diciptakan oleh Bagian Sejarah KKo-AL (nama lama KM) itu.

Sejarah pun mencatat, warna ungu digunakan kali kesatu oleh KM (saat masih mempunyai nama KKo AL) berupa pita sebagai kode pengaman pada 1958. Ketika tersebut pasukan KM tercebur dalam Operasi 17 Agustus, sebuah aksi militer menumpas pembangkangan PRRI (Pemerintah Revolusiener Republik Indonesia) di Sumatera Barat. Baru pada 1961, KM mengabadikan warna ungu untuk baretnya, tepat ketika Batalyon I KKo AL tercebur dalam Operasi Alugoro di Aceh.


Advertisement
 

Start typing and press Enter to search